KEBUDAYAAN SEDEKAH LAUT DESA PANDANGAN, KRAGAN, REMBANG

KEBUDAYAAN SEDEKAH LAUT DESA PANDANGAN, KRAGAN, REMBANG

  1. SEJARAH

Sedekah laut atau Tasyakuran laut atau Pesta laut adalah suatu kebudayaan yang dilaksanakan sebagai wujud syukur nelayan Desa Pandangan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang kepada Allah S.wt. atas rezeki yang telah diberikan.

Sejarah atau asal usul sedekah laut sendiri terdapat beberapa versi. Namun, tidak ada kejelasan yang pasti mengenai sejarah Sedekah laut, yang pasti Sedekah laut sudah ada sejak nenek moyang dan merupakan warisan para leluhur. Sedekah laut merupakan akulturasi dari kebudayaan Hindu dan Islam.

Dari sudut pandang Islami, Sedekah laut merupakan wujud syukur kepada Allah atas rizki yang telah diberikan dan untuk mempererat tali persaudaraan antar penduduk setempat yang sudah dilaksanakan sejak zaman dahulu oleh nenek moyang. Sedekah laut merupakan hari para nelayan beristirahat sejenak dan untuk merefresh pikiran menikmati berbagai hiburan yang ada.

Sudut pandang lain berpendapat bahwa Sedekah laut merupakan waktu dimana kita memberi sesaji kepada Dayang Laut atau Penunggu Laut. Jika Sedekah laut tidak dilaksanakan maka hasil melaut akan surut dan berkurang. Pernah suatu ketika penduduk desa Pandangan tidak melaksanakan sedekah laut karena Kepala Desanya seorang yang berpandangan Islami. Tahun itu pula penghasilan penduduk menurun drastis, bahkan tidak jarang nelayan yang pulang dengan tangan kosong.

Sejarah Sedekah laut bergantung kepada kepercayaan masing-masing individu. Yang sudah pasti adalah Sedekah laut sudah dilaksanakan sejak zaman dahulu oleh nenek moyang Desa Pandangan dan merupakan akulturasi dari kebudayaan Hindu dan Islam.

  1. PELAKSANAAN SEDEKAH LAUT DESA PANDANGAN, KRAGAN, REMBANG

Pelaksanaan Sedekah laut di Desa Pandangan berbeda dengan sedekah laut umumnya.  Seiring perkembangan zaman pelaksanaan sedekah laut mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Jika dahulu pelaksanaannya hanya digawangi oleh sesepuh Desa Pandangan, kini pelaksanaannya didampingi juga oleh tokoh agama atau mbah Moden Desa Pandangan.

Sedekah laut di Desa Pandangan dilaksanakan setahun sekali, tepatnya pada bulan Muharram. Biasanya Sedekah laut berlangsung selama kurang lebih sepuluh hari. Dahulu sedekah laut hanya berlangsung selama satu hari, yaitu hanya ada arak-arakan keliling desa yang sederhana dan Larung sesaji yang merupakan inti kegiatan. Sesaji zaman dahulu hanya berupa kemenyan yang dibakar dan ditaruh di dalam rumah-rumahan terbuat dari bambu dengan tumpeng dan buah-buahan sebagai pelengkap.

Berbeda dengan zaman dahulu, sekarang Sedekah laut sudah lebih modern dan dikemas menarik dengan banyak acara. Acara sedekah laut di Desa Pandangan dibuka dengan acara pengajian dan santunan fakir miskin serta anak yatim. Diteruskan dengan karnaval keliling desa dan acara inti yaitu Larung sesaji. Diikuti dengan pementasan Wayang Kulit, Kethoprak, Tayub, Barongan sebagai wujud untuk nguri-nguri budaya. Selebihnya hanya berupa hiburan semata seperti Dangdut Monata, Sera, Pallapa, bahkan di Desa Pandangan pernah menghadirkan Didi Kempot sebagai bintang tamu dalam acara campursari.

Larung sesaji dilaksanakan setelah arak-arakan keliling kampung selesai. Sesaji berupa rangkaian dari kepala kambing, kaki kambing, dan berbadan gedebog pisang ini dibalut dengan kain mori serta diletakkan di dalam tempat berbeda setiap tahunnya. Biasanya diletakkan di dalam imitasi perut berbagai macam ikan yang berukuran besar atau diletakkan di dalam rumah-rumahan yang terbuat dari bambu. Sesaji kemudian diarak menuju salah satu kapal yang terpilih untuk membuang sesaji. Pemilihan berdasarkan kocokan. Kapal yang terpilih harus menyediakan berbagai perlengkapan untuk membuang sesaji seperti tumpeng, seekor ayam yang sudah dipanggang (ayam harus utuh dan tidak boleh dipotong), buah-buahan, cermin, sisir, pembersih telinga, dan bedak. Tidak hanya kapal yang terpilih yang membuang sesaji di tengah laut, tetapi juga kapal nelayan lainnya mengiringi dalam pembuangan tersebut. Sebelum dibuang di laut, sesaji terlebih dahulu didoakan oleh Mbah Moden ditengah laut dan disaksikan oleh seluruh penduduk yang ikut mengiringi sesaji tersebut.

Setelah sesaji dilepaskan di laut, penduduk berebutan mengambil air di sekitar sesaji dan menyiramkan ke kapalnya masing-masing. Penduduk yang ikut di dalam kapal juga berebutan tumpeng dan makanan lainnya. Sesaji ditinggalkan di tengah laut dengan jarak 5-10 km dari bibir pantai dengan kedalaman sekitar 100-150 meter.

Arak-arakan keliling desa terdiri dari semua warga desa yang ikut berpartisipasi mengenakan pakaian adat dan simbol kehidupan penduduk Desa Pandangan. Ada yang menggunakan kebaya, Pakaian sekolah dari TK sampai memakai topi toga, membawa jaring, memakai pakaian prajurit zaman dahulu, memakai pakaian adat saat pernikahan, ibu-ibu PKK dengan seragamnya, dan paling menonjol adalah ada dangdut yang ikut arak-arakan. Dangdut merupakan salah satu ciri khas dari kegemaran penduduk pesisir.

Sedekah laut menelan biaya kurang lebih lima ratus juta rupiah. Dana berasal dana iuran warga desa dan dari sponsor. Iuran digolongkan berdasarkan tiga golongan yaitu warga yang mempunyai kapal, kapal kecil, dan yang tidak mempunyai kapal. Iuran berbeda-beda setiap tahunnya sesuai dengan kebutuhan acara. Tahun lalu iuran untuk yang mempunyai kapal besar sebesar lima juta rupiah, kapal kecil satu juta rupiah, dan yang tidak mempunyai kapal sebesar lima ratus ribu rupiah. Dana dikumpulkan selama satu tahun oleh panitia.

  1. PEMAKNAAN

Banyak makna yang terkandung dalam Sedekah laut. Diantaranya adalah makna simbolis yang terdapat dalam prosesi Sedekah laut, meliputi :

  1. Sesaji dari rangkaian kambing dan gedebog pisang, syarat yang diminta Dayang Laut atau Penunggu Laut.
  2. Kain mori yang membalut sesaji, lambang kesucian.
  3. Gamelan jawa yang mengiringi sesaji, musik tradisional Jawa yang melambangkan suasana sakral.
  4. Tumpeng, simbol kebersamaan dan kesatuan.
  5. Sisir, cermin, bedak, pembersih telinga, untuk Dayang Laut yang konon katanya perempuan yang kodratnya berdandan.
  6. Ayam panggang utuh, ayam dipanggang sebagai wujud keaslian ayam tanpa campuran apapun karena hanya dipanggang diatas api. Ini simbol dari masyarakat nelayan yang tidak pernah menebar benih tetapi selalu mengambil hasil dari laut, haasil yang didapat asli atau murni dari laut. Ayam utuh melambangkan keutuhan masyarakat nelayan yang tidak membedakan kasta dan harta.
  7. Berebut air sehabis sesaji dilepaskan, untuk memperoleh berkah dari sesaji tersebut.
  8. Air disiramkan di perahu atau kapal, supaya memperoleh hasil melimpah ketika melaut dan keselamatan atas perahu atau kapal seisinya ketika melaut.
  9. Ketoprak, Wayang kulit, Barongan, Dangdut sebagai lambang kesenian daerah pesisiran dan Jawa Tengah.

Selain pemaknaan simbolis diatas Sedekah laut juga mempunyai makna yang sangat luar biasa hebatnya yaitu dapat mempererat tali persaudaraan, saling toleransi antar umat beragama. Sedekah laut berperan aktif dalam mendamaikan pihak-pihak yang mempunyai masalah. Sedekah laut juga menjadi ajang festival kesenian dan kebudayaan tersendiri bagi penduduk Desa Pandangan. Tak jarang banyak wartawan yang meliput ketika acara Larung sesaji sedang berlangsung. Sedekah laut dapat memberikan citra positif kepada Desa Pandangan tersendiri.

  1. TERMASUK KEDALAM UNSUR KEBUDAYAAN

Unsur kebudayaan adalah sesuatu yang terdapat di dalam kebudayaan itu tersendiri. Menurut Koentjaraningrat (1985:2) unsur-unsur terbesar yang terjadi karena pecahan tahap pertama disebut “unsur-unsur kebudayaan yang universal”, dan merupakan unsur-unsur yang pasti bisa ditemukan di semua kebudayaan di dunia. Unsur-unsur tersebut terdiri dari sistem religi dan upacara keagamaan, sistem organisasi dan kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem komunikasi atau bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, sistem teknologi dan peralatan.

Sedekah laut termasuk kedalam unsur kebudayaan sistem religi dan upacara keagamaan dan juga kesenian. Tergolong dalam unsur religi dan upacara keagamaan karena Sedekah laut merupakan upacara atau prosesi adat sebagai wujud syukur masyarakat nelayan Desa Pandangan kepada Allah S.wt. atas rezeki yang telah diberikan selama satu tahun. Tergolong dalam unsur kesenian karena Sedekah laut merupakan bentuk budaya yang mengandung unsur kesenian di dalamnya. Yang lebih menonjol adalah kesenian rakyat pesisiran dan Jawa Tengah sepert Dangdut, Ketoprak, Wayang kulit, serta barongan.

0 Komentar

    Komentar Anda